Headlines News :
Home » , , » UPACARA 17AN dan LOMBA DAYAUNG

UPACARA 17AN dan LOMBA DAYAUNG

Written By gajah mungkur comunity on Minggu, 24 Juni 2012 | 00.19


Dalam jagad pakeliran wayang, hanya tokoh Bratasena yang mampu mengambang di atas air. Itu dikisahkan dalam episode lakon Bima Mencari Air Perwitasari. Terlepas dari lakon tersebut, upacara bendera tujuhbelasan, Rabu (17/8), digelar secara spektakuler di atas permukaan air Waduk Gajahmungkur Wonogiri.
Upacara peringatan HUT Ke 66 Proklamasi Kemerdekaan RI di atas air ini, baru pertamakalinya dilaksanakan. Diikuti oleh para insan nelayan dan warga sekitar waduk yang tergabung dalam komunitas MGM (Masyarakat Gajah Mungkur). Sejak pagi-pagi, para nelayan pada berdatangan menumpang perahu. Ada yang dilengkapi mesin tempel, dan ada pula yang dikayuh memakai dayung secara manual.
Mereka selanjutnya membentuk regu-regu peleton barisan, dengan tetap berdiri di atas perahunya masing-masing. Sebagai tempat pengibaran bendera, dibangun ponton dari rangkaian drum yang di atasnya dilapisi dengan galah bambu yang dijejer, untuk dijadikan landasannya. Demikian halnya dengan pijakan untuk berdiri komandan upacara dan inspektur upacaranya, juga dibuat ponton yang terpisah dan saling berhadapan, dengan jarak layaknya pada formasi upacara di lapangan.
Karena tiupan angin, menjadikan permukaan air waduk yang legendaris itu memunculkan gelombang. Ini menjadikan ponton tempat pijakan komandan upacara maupun inspektur upacara bergoyang-goyang. Demikian halnya dengan para perahu yang ditumpangi para nelayan, termasuk perahu yang mengangkut regu paduan suara, yang menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya.
"Tampil menjadi komandan upacara, Ketua MGM Budi Hartono. Kemudian bertindak sebagai inspektur upacaranya adalah Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda Olahraga (Disbudparpora) Kabupaten Wonogiri, Drs Pranoto MM," kata Sekretaris MGM,
Bondan Sejiwan Boma Aji.
Untuk mempersiapkan gelar upacara di atas air ini, dilakukan persiapan sekitar 1,5 bulan. Selama waktu itu, dilakukan survai pemilihan perairan, dan latihan untuk membentuk formasi upacara. Karena permukaan air Waduk Gajahmungkur yang bergelombang, tidaklah mudah untuk mewujudkan gelar upacara di atas air.
Kata Bondan, potensi pemilikan perahu komunitas nelayan MGM sebenarnya lebih seribu. Tapi yang ikut upacara ini hanya sebanyak 150 perahu. Masing-masing perahu mengangkut sekitar 5 sampai 10 nelayan. Jumlah itu, belum termasuk perahu berkepala naga, yang dikhususkan bagi regu paduan suara.
Petugas pengibar bendera terdiri atas Sukimin, Sugianto, Darmin, Syarif, Sirwan, Wahyudi dan Dar. Mereka menuju ponton tiang bendera dengan menumpang perahu dayung. Semua petugas upacara mengenakan seragam hitam-hitam. Yudi bertugas membacakan pembukaan UUD 45, kemudian pembacaan teks proklamasi dilakukan oleh inspektur upacara.
"Bersama rekan-rekan, kami ingin menunjukkan bahwa meskipun kami sebagai kaum pinggiran dan komunitas marjinal, tapi tetap memiliki semangat nasionalisme, punya rasa cinta pada tanah air, bangsa, dan NKRI," kata Bondan. Tokoh nelayan Waduk Gajahmungkur, Katno, yang menjabat Ketua Pengurus Kabupaten (Pengkab) Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI) Wonogiri, menambahkan, usai upacara di atas air, dilanjutkan lomba dayung tradisional.
Kepala Disbudparpora, Pranoto, mengatakan, tidaklah mudah meracik acara spektakuler seperti ini. "Saya memberikan apresiasi tinggi, dan mengacungkan jempol untuk kreativitas seperti ini," puji Pranoto.
sumber info suara merdeka
Share this article :

0 komentar:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Proudly powered by Blogger
Copyright © 2011. Masyarakat gajah mungkur - All Rights Reserved
Template Design by Creating Website Published by Mas Template